Pendidikan menempati posisi strategis mempersiapkan generasi muda yang akan menghadapi tantangan hidup 20 hingga 30 tahun mendatang. Menurut seorang futurology, Alvin Toffler: Semua pendidikan bersumber dari gambaran masa depan. Jika gambaran masa depan yang diyakini masyarakat melenceng jauh, maka sistem pendidikan sudah mengkhianati kaum muda. (Armstrong;2003). Sayangnya sekolah formal sebagai tempat pesemaian benih kecerdasan anak masih sangat banyak kekurangannya, tidak berorientasi ke masa depan. Bagaimana tantangan dan peluang pendidikan abad ke-21 ?
Tantangan Abad ke-21
|
Kesempatan Sekolah
|
- 80% anak SD akan memasuki karir yang belum tersedia dan tekhnologi yang belum ditemukan
- Para pegawai akan berganti profesi sebanyak 4 atau 5 kali selama masa kerjanya.
- 90 % tenaga kerja akan bekerja di perusahaan yang hanya berpegawai kurang darim 200 orang.
- Para insinyur (profesi lain jga termasuk guru) merasa pengetahuan dan keahlian mereka sudah kuno dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
- Jumlah informasi yang beredar di seluruh dunia berlipat ganda tiap 2,5 tahun.
- Anak-anak muda berhadapan dengan informasi dalam periode satu tahunpun masih lebih banyak dibanding informasi yang diperoleh kakek-kakek sepanjang masa hidupnya. (Prashnig,2007;56).
|
Pendidikan hendaknya mempersiapkan siswa meliputi semua ranah: Afektif: Religiusitas, moral dan nilai-nilai universal, Kognitif: bahasa, matematika, sains, dan sosial. Dan aspek Psikomotor meliputi :Fisik dan Seni: olah tubuh, musik, tari, teater, seni etnik, vocal dan Keterampilan siswa “skill domain” dengan: skil berpikir, skil managemen, skil penelitian dan proyek, skil hidup, skil belajar, skil komunikasi dan presentasi, skil informasi dan teknologi. Problemnya : sekolah formal hanya menekankan aspek Kognitif tingkat bawah hafalan. Guru sekolah formal tidak menyadari ilmu mendidiknya juga sudah usang, kuno, tetapi masih dipertahankan hingga sekarang, tidak relevan dengan kebutuhan abad ke-21. Guru sekolah formal belum mengakses informasi yang berkembang pesat (termasuk ilmu pendidikan) sehingga kuper dibanding para siswa yang sudah lebih dahulu mengakses informasi di era ICT ini, (ICT : Information Communication and Technology).
|
Guru dan sekolah pada umumnya (di Indonesia), masih menerapkan keyakinan lama tentang mengajar, siswa diperlakukan seragam sehingga ada sebagian siswa yang tidak setipe gaya belajarnya dengan gaya mengajar guru akan tidak terlayani dengan baik. Keyakinan itu sudah usang.
Keyakinan Lama
|
Penemuan
|
- Cara belajar terbaik jika siswa duduk tegak tenang di depan meja selama jam belajarnya
- Cara belajar terbaik jika lampu terang karena cahaya redup merusak mata.
- Siswa belajar baik dalam suasana sunyi.
- Siswa paling mudah belajar subyek sulit di pagi hari.
- Siswa yang belum bisa duduk tenang berarti belum siap untuk belajar.
- Saat belajar tidak ngemil dan minum.
- Belajar efektif jika tujuan terinci jelas, penjelasan langkah demi langkah, sampai siswa betul-betul mengerti. (otak kiri)
- Mengajar yang efektif jika disampaikan secara klasikal
- Belajar efektif jika siswa mampu beradaptasi dengan gaya mengajar guru.
- Belajar tidak perlu mengaitkan diri dengan kehidupan riil anak
- Belajar kurang melayani anak secara individual dalam jenis kecerdasan dan gaya belajarnya
- Tiap mata pelajaran terpisah dengan pelajaran lain
|
- Siswa perlu mobilitas karena 75% berat badan ditopang tulang 10cm, pantat tertekan berakibat lelah, tidak nyaman, posisi duduk berubah-ubah. Siswa belajar sukses dalam situasi informal.
- Cahaya terang membuat siswa gelisah, cemas, hiperaktif. Cahaya redup membuat tenang, santai, berpikir jernih,semakin kecil anak butuh cahaya redup.
- Ada 40 % siswa Selandia Baru lebih bisa belajar jika ada iringan musik dan kebisingan.
- Ada tipe pembelajar lain selain pembelajar pagi yaitu pembelajar siang dan pem,belajar malam.
- Siswa dari semua usia perlu mobilitas saat belajar. Mereka yang boleh bergerak saat belajar, terlibat aktif, belajar lebih banyak, cermat, nilai tinggi.
- Banyak siswa bisa konsentrasi saat belajar jika ngemil. Siswa yang boleh ngemil saat tes, hasil lebih bagus dibanding siswa yang ingin ngemil tetapi dilarang.
- Sebagian siswa perlu gambaran konsep besar dahulu, baru kemudian menuju fakta, detail (otak kanan). Guru masa depan memadukan kedua gaya itu berimbang.
- Sebagian siswa bisa belajar jika berpasangan yang lain kerja sendiri perlu variasi pilihan belajar siswa.
- Cara yang seragam dalam mengajar dan menguji jelas tidak memuaskan karena setiap siswa itu sangat berbeda dalam jenis kecerdasan dan gaya belajarnya
- Belajar itu kontekstual dengan kehidupan anak agar lebih bermakna.
- Belajar itu melayani setiap jenis kecerdasan dan jenis gaya belajar anak.
- Ada jarring-jaring keterkaitan antar berbagai pelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh (whole knowledge)
|